Seringkali menyenangkan tatkala sebuah lagu yang disukai tiba tiba terputar di salah satu adegan film tanpa kita duga sebelumnya yang tentu saja akan menjadikan adegan tersebut menjadi berkesan. Sebuah kejutan yang manis. Terakhir kali hal itu terjadi waktu saya menonton Valerian and The City of Thousand Planets sewaktu Space Oddity milik David Bowie mengalun di opening scene. Well, saya bukan fans beratnya beliau, tapi siapa yang bakal menolak Space Oddity? Atau siapa yang enggak suka We Are The Champion punya Queen? Benar sekali, di The Babysitter lagu itu terdengar mengiringi salah satu adegan paling keren di film ini.
The Babysitter bercerita mengenai anak kecil yang sudah terlalu besar untuk punya babysitter tapi ia punya itu. Alasannya karena Cole, nama anak itu, terlalu tidak bisa diandalkan untuk tinggal di rumah sendirian waktu orang tuanya pergi liburan. Cole penakut, dan sering dibully teman temannya. Babysitter yang menjaga Cole bernama Bee. Wanita seksi yang punya potensi untuk ‘menyengat’ setiap pria yang melihatnya. Dan film ini, bassicly emang mau nunjukkin ‘sengatan’ Bee yang sungguh dahsyat, dan tajam. Setajam silet yang sudah diasah sehari semalam. Kan maen.
Saya enggak mau cerita banyak mengenai jalan ceritanya, karena menurut saya akan lebih baik kalau tahu cuma sedikit saja. Meski kalau tahunya sedikit memang enggak bikin kenyang ya. Jadi masalah bermula ketika Cole didoktrin oleh cewek tetangganya yang mengatakan bahwa biasanya babysitter akan memasukan pacarnya ke dalam rumah waktu bocah yang sedang dijaganya tidur, lalu ena ena deh. Malam harinya, Cole yang penasaran pun pura pura tidur. Lalu mengintip babysitternya itu, dan apa yang ia lihat sungguh mengejutkan, dan sama sekali di luar dugaan. Horor pun dimulai.
The Babysitter sepertinya akan membuat pecinta horor slasher tersenyum. Dengan darah yang tak malu malu menyemprot ke muka, cukup gore untuk ukuran film dengan tokoh utama anak kecil. Tak hanya itu, film ini juga cukup lucu yang akan membuat tergelak di sela sela darah yang mengalir. Serius, film ini lebih lucu dari perkiraan saya. Mengingatkan saya dengan film Tucker and Dale vs Evil. Satu satunya pertanyaan yang mengganjal yaitu kok tetangganya pada enggak ada yang dengar ya ribut ribut kayak gitu? Oh, mungkin lagi tidur kali ya. Tanya sendiri dijawab sendiri. Terkadang hidup lebih baik memang seperti itu. Jawaban sendiri bisa memuaskan. Tapi tidak semua pertanyaan bisa dijawab sendiri. Pertanyaan macam ‘sudah punya pacar apa belum?’ itu ya jangan sampai dijawab sendiri. Halu bener.
Film ini disutradarai oleh sutradara yang namanya lumayan pendek, McG. Beliau menyutradari 3 Days To Kill yang saya tidak suka kecuali Amber Heard nya. Dan otomatis The Babysitter menjadi film favorit dari semua film McG yang pernah saya tonton. Ada banyak momen momen memorable, salah satu sudah saya sebutkan sebelumnya, yang melibatkan lagunya Queen. Yang lainnya misalnya pembunuhan pertama. Itu shocking sih, enggak nyangka bakal kaya gitu ditambah adegan selanjutnya yang malah bikin ngakak. Tak lupa, babysitter idaman setiap pria, Bee yang somehow kayak hibrid Gena Davis, Megan Fox dan Cinta Laura. Samara Weaving memang sangat pas memerankan Bee. Btw, menurut imdb, si Samara ini pernah tinggal di Indonesia lho. Entah kapan tinggalnya. Namanya juga sering saya dengar. Apalagi pas ada temen nikahan. Semoga samara ya..
Akhirnya, The Babysitter wajib kamu tonton apabila menyukai film film yang penuh darah, dan tak masalah dengan adegan pembunuhan yang ditampilkan secara jelas. Meski demikian, film ini boleh juga menjadi semacam film cooming of age yang bekerja dengan cara unik serta romansa yang malu malu untuk diakrabi. Oh satu lagi, ada setelah bubaran ada lagi satu adegan post credit yang sayang untuk dilewatkan. Sequel? Yes, please.
Comment