Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘Kenichi Matsuyama’

Kurang lebih satu jam kemudian film ini mensleeding hatiku so hard hingga amburadul. Pengalaman menonton film paling menyakitkan tahun ini. Inilah horor yang hakiki. Tak hanya membuat kaget, tapi juga sedih sekali, disusul dengan kemarahan yang meletup letup seperti air dalam panci yukihira nabe saat kamu masak aer biar mateng. Ingin sekali aku masuk ke dalam film dan merubahnya. Tapi tak bisa. Hidup seakan menjelma dalam untaian lagu Tulus; aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam.. Sungguh, satu adegan itu terus terbayang sepanjang film berjalan, hingga film selesai, bahkan saat kutulis review ini. Masih terasa ada sakitnya. Oh apa yang harus kulakukan? Apa aku harus lari ke hutan kemudian teriakku, atau aku harus lari ke dalam pelukanmu? Uwuwuwuwu.

Kurang lebih satu jam sebelumnya Ikari / Rage / Anger memberikan kisah sebuah pembunuhan sadis sepasang suami istri di rumahnya sendiri. Pembunuhnya meninggalkan tulisan di pintu “Ikari / Anger”. Pembunuh itu lalu kabur dan wajahnya dioperasi plastik. Polisi hanya punya gambar wajah yang si pembunuh sebelum operasi. Siapakah pembunuh itu, mengapa ia membunuh, mengapa ia menulis kata Ikari, marah sama siapa? Aksi kepolisian mengungkap kasus ini menjadi cerita pertama. 

Cerita kedua mengenai seorang ayah, Yohei Maki, dengan putri tersayangnya, Aiko. Ia bekerja di pelabuhan bersama dengan Tetsuya Takihiro. Aiko lalu kencan dengam Takihiro. Sementara itu ayahnya perlahan mulai mencurigai Takihiro sebagai pembunuh yang dicari polisi. Apakah ia memang pembunuhnya?

Selanjutnya ada cerita tentang Yuma Fujita yang bertemu dengan Naoto Onishi dan mulai pacaran. Keduanya laki laki. Pasangan gay itu hidup bahagia sampai kemudian Yuma Fujita mulai ragu dan mengira kalau pacarnya itu adalah pembunuh yang dicari polisi. Apakah ia memang pembunuhnya? 

Cerita terakhir terjadi di sebuah kota di tepi pantai. Lautnya begitu biru. Indah sekali. Di dekatnya ada sebuah pulau tak berpenghuni. Suatu ketika Izumi Komiya pergi ke pulau itu dan di sana tak sengaja bertemu dengan laki laki bernama Singo Tanaka. Singo Tanaka berpesan pada Izumi agar tidak bilang siapa pun kalau ia ada di situ. Izumi Komiya memang tak curiga kalau ia pembunuhnya, yang curiga itu aku. Apakah ia pembunuhnya?

Ikari berbeda dengan film film pembunuhan yang lain. Film ini menyuruhku untuk menebak siapa di antara ketiga orang itu yang benar benar pembunuh. Dan jawabannya baru akan terkuak menjelang film ini berakhir. Tapi kemudian semua itu seakan tak penting. Rasanya ada yang kurang. Rentetan peristiwa yang terjadi sebelum ending telah mencuri rasa penasaran akan identitas pembunuhnya. Peristiwa yang meninggalkan lubang dalam di dada yang susah ditutup kecuali oleh perhatian darimu (uwuwuwuwu), bukan perhatian dari operator di stasiun kereta; “perhatian perhatian, kepada para penumpang jurusan.. ”

Keempat cerita yang berbeda tokoh dan tempatnya itu kemudian akan terhubung satu sama lain. Masing masing kisah ditampilkan bergantian, saling menyalip di antara kisah yang lain. Tapi jangan khawatir dan bimbang, tidak akan membingungkan. Editingnya menang patut diacungi jempol. Penggalan per adegannya benar benar pas dan berhasil menjaga rasa penasaran. Yang patut diacungi jempol satu lagi ialah scoringnya. Eduh, paass banget mbangun suasana muram, galau dan kelam. Apalagi dentingan pianonya, seperti selimut premium nan mahal yang membungkusmu dalam buaian kesengsaraan. 

Yang patut diacungi jempol lagi ialah akting pemainnya yang super sekali dan seperti roti tawar yang bertabur coklat meises, film ini pun bertabur bintang. Aktor aktor kawakan yang sudah malang melintang di dunia perfilman, maupun yang baru beberapa kali main film namun mampu memberikan akting yang luar biasa. Aktor dan aktris ini boleh jadi adalah idola kamu, seperti contohnya Aoi Miyazaki yang jadi aktris idolaku. Ada pula Suzu Hiroze yang mencuri perhatian sejak ia menjadi saudari kecil di film Our Little Sister / Umimachi Diary. Sedikit saran, buat yang benar benar ngefans dek Suzu Hiroze sebaiknya jangan menonton, takut enggak kuat. Ini serius lho ini! Buat fansnya Sathosi Tsumabuki & Gou Ayano, mungkin akan merasa enggak nyaman karena mereka jadi pasangan sejenis, dan ada adegan dewasanya yang cukup berani dan vulgar. Kemudian ada juga Ken Watanabe dan Kenichi Matsuyama sebagai ayah dan pacar Aiko.

Anak kucing akan menyedot susu ibunya yang kucing, sementara Ikari / Anger / Rage akan menyedot kebahagian dalam hidupmu. Membuatmu patah hati sejenak. Memberikan apa yang seekor kucing tidak bisa berikan kepadamu, yaitu kesedihan. Kesedihan yang memukau, sehingga kamu akan menerima dengan ikhlas meski hati tersakiti. Betapa aneh kalimat ini. Tapi begitulah kadang keajaiban sebuah film, sudah tahu tersakiti, pas ditanya puas atau enggak nontonnya, pasti dijawab puassss!! HLHEDN. Film ini tak semata mata tentang siapa yang membunuh dan alasannya, melainkan tentang kepercayaan dan rasa tak berdaya. Apakah kepercayaan bisa mengoyak rasa cinta? Seberapa dalam manusia bisa menyimpan penyesalan dan rasa bersalah? Akhir kata, seperti judulnya, film ini memang bikin emosi jiwa.

Ikari / Anger / Rage | Dir: Lee Sang Il | Cast: Aoi Miyazaki, Suzu Hirose, Ken Watanabe, Kenichi Matsuyama, Gou Ayano | Rate: 4

Read Full Post »