* persamaan nama, hanya kebetulan semata :)
Eh tau gak sih cyinn..
Apaan?
Kalau nama itu kadang mencerminkan orangnya.
Maksudnya?
Ah dasar sensi banget sih gitu aja gak ngerti.
Sensi? telmi kali!
Iya itu. Lo. Telmi. Gak smart kaya gw.
Terserah lo dah. Trus, maksudnya apaan tadi?
Gini lho cyin. Kadang kita kan suka nebak nebak sifat sama bentuk fisik orang dari namanya aja meski kita belum pernah ketemu sama orangnya. Bener gak?
Iya kali. Contohnya?
Contohnya lo denger nama Sarimin. Pasti yg ada dipikiran lo tuh cowok ganteng lagi manggil senapan. Bener gak?
Sarimin ganteng?
Banget.
Manggil senapan?
Eh, itu mah typo cyin.Maksudnya manggul senapan. Maklum yah, yang nulis lagi galau soalnya.
Contoh yang lain dong!
Yang lain itu…Susi. Pasti kepikiran sama orang ganteng gendut rada chubi gitu.
Susi ganteng juga? Gak salah?
Gak salah dong, kan nama lengkapnya Susilo cyinn.
Sak karepmulah!!
Yap. Seperti halnya cerita diatas, nama Naomi juga telah memberikan sedikit gambaran mengenai bagaimana rupa perempuan itu, bahkan ketika saya belum bertemu dengan orangnya, lebih tepatnya belum membaca bukunya. Naomi, dalam pikiran saya ialah seorang perempuan mungil yang cantik dengan bibir tipis, sedikit pemberontak, tapi juga gampang untuk dicintai. Lalu, apakah tebakan saya benar?
Naomi ialah sebuah novel karangan Junichiro Tanizaki pertama yang saya baca. Bercerita tentang Joji, 28 tahun, yang jatuh cinta kepada Naomi, 15 tahun, seorang pelayan di kafe Diamond. Meski tak mengenal Naomi sebelumnya, tapi Joji sudah terlanjur mencintainya. Maka kemudian ia nekat meminta Naomi untuk menjadi istrinya. Maka begitulah, pasangan itu kemudian menikah, dan bahagia selama lamanya. Ah, tidak juga.
Pernikahan mereka tentunya tidak sama dengan jenis pernikahan pada umumnya. Joji, dengan kebaikan hatinya, menjadikan Naomi sebagai teman, alih alih istrinya. Ia berusaha mengubah Naomi menjadi perempuan yang berwibawa, layaknya perempuan perempuan bangsawan. Ia mendaftarkan Naomi pada kelas bahasa inggris, kursus piano, dan dansa ala orang eropa, dengan sebuah harapan agar kelak ia bisa mendampingi Naomi dengan bangga. Tapi, ada satu hal tidak diketahui oleh Joji, bahwa Naomi mungkin tidak sebaik yang ia kira.
“Novel yang menginspirasi Nabokov untuk menulis Lolita” itulah kurang lebih kalimat yang ada di cover belakang buku ini, yang kemudian menjadi alasan untuk saya membelinya (padahal saya belum pernah baca Lolita). Ini berarti akan ada kisah cinta beda usia, si pemuda mapan dan si daun muda. Mirip dengan The Reader-nya Bernard Schlink, hanya saja menurut saya ini lebih ‘mengganggu’, meski The Reader lebih vulgar. Saya sampai mengerutkan dahi dan berteriak dalam hati (gak pake toa); ini apakahh!!!! Terutama pose anjing laut itu.
Naomi menyebalkan, begitu pula Joji. Grrrr!!
Buku ini bergerak secara lamban, tanpa konflik yang berarti sampai kamu membaca hingga separuh buku. Tapi, saya menikmatinya meski tak senikmat ketika saya membaca buku Haruki Murakami. Tapi, ada rasa seperti itu. Mirip. Rasa sunyi yang menenggelamkanmu ke dalam buku. Kedamaian yang membingungkan. *Lebay*
Jadi, buku ini bukan buku yang akan menjadi kesukaan semua orang. Tapi jika kamu suka novel jepang, yang ini jangan dilewatkan. Dan nilai 3,5 dari 5, saya rasa cukup mewakilkan.
Psst, ketika saya membaca komen di goodreads, ada gambar yang sangat cocok untuk menggambarkan apa yang seharusnya Joji lakukan kepada Naomi.
comment from: http://www.goodreads.com/review/show/354048747
In the end, buku ini memberikan saya pelajaran bahwa mencari istri harus tau bibit, bobot, dan bebetnya. Jangan hanya karena jatuh cinta semata. Dan, kalau bisa yang umurnya gak terlalu muda. Kalau masih ABG, itu kan biasanya masih labil ya…etapi kalo ceweknya kaya Nabilah JKT48 itu sih yaa…*ilang sinyal*
Judul: Naomi
Penulis:Junichiro Tanizaki
Penerbit: Komodo Books
Jumlah Hal: 236