Feeds:
Posts
Comments

Archive for September, 2015

Rahasia Lantai Keempat

Jpeg

Bagi gedung yang berlantai tiga, keberadaan lantai keempat tentu akan mengundang pertanyaan, meski tidak sedang hajatan. Padahal kalau pun lagi hajatan, pertanyaan juga belum tentu bakal diundang juga, karena diutamakan mengundang handai taulan dan teman teman, dan juga mantan dong. Pertanyaan yang datang itu bisa berupa;

  1. Lantai empat dari mana, lha wong cuma lantai tiga gitu? Sampeyan ngelindur? Nyari nyari perhatian!
  2. Yang mana sih, ga ada gitu lho. Kamu jangan bohong dong. Nonton aja yuk?
  3. Hmm, jadi di gedung ini ada lantai empat? Lantai lima ada juga ga? Kalau ada, saya mau tuh pesen. Buat cucu di rumah.
  4. Dan pertanyaan yang lainnya. Sila isi sendiri.

Begitulah, lantai empat mustahil ada di sebuah gedung yang sejatinya hanya punya tiga lantai. Tapi, kita juga harus ingat, tidak selamanya yang tidak bisa dilihat oleh mata itu memang benar benar tidak ada. Siapa tahu memang ada, hanya saja kita tidak bisa lihat saja. Atau barang kali karena tidak tahu caranya. Apalagi kalau cerita lantai keempat itu dibumbui dengan cerita fantastis; bahwa di lantai empat itu ada sesosok penunggu yang bisa mengabulkan permintaan apa pun. Lebih simple, ketimbang harus mengumpulkan bola bola naga.

Meski demikian, ada saja orang orang yang percaya bahwa lantai keempat itu ada. Atau setidaknya penasaran, ingin membuktikan keberadaan mitos tersebut. Adalah Fara, yang tak sengaja menemukan sebuah catatan tentang bagaimana caranya pergi ke lantai empat, ketika sedang berada di perpustakaan sekolah bersama temannya, Nikki. Nikki yang kebetulan sedang mencari ide untuk artikel buat mading sekolah mengusulkan untuk pergi ke lantai empat. Ia akan menulis mengenai urban legend di sekolahnya tersebut, siapa tahu bisa sekaligus mengusut cerita mengenai hantu Maria, hantu penunggu sekolah yang ceritanya meninggal bunuh diri.

Setelah mengajak dua temannya, Randy dan Neil, mereka berempat memutuskan untuk pergi ke lantai empat menggunakan panduan dari catatan yang baru saja mereka temukan. Dan, ketika mereka akhirnya benar benar sampai di lantai keempat, mereka pun menemui kenyataan yang mengerikan, yang mengancam nyawa mereka.

Rahasia Lantai Keempat tidak perlu lama lama untuk memulai konfliknya, yang tambah lama tambah seru. Bagaimana keempat orang itu berusaha untuk keluar dari lantai empat, dan harus berhadapan dengan makhluk makhluk penghuninya. Ditambah dengan ilustrasi yang didominasi warna hitam, yang cukup berhasil menggambarkan suasana di sana. Dan, drama yang terjadi di antara mereka juga pas, tidak merusak tone yang ada. Tokoh tokohnya juga tergambar dengan baik. Masing masing mampu memberikan warnanya tersendiri. Begitu pula dengan tokoh hantu hantunya, yang cukup berkarakter. Bahkan tokoh yang paling memorable di buku ini bukan keempat tokoh utama, melainkan sosok hantu yang memburu mereka, dengan bunyi krincing krincing nya.

Krincing… krincing…

Bunyi gemerincing itu menggantikan suara tawanya. Meski terdengar jauh, bunyi itu jelas. Sosok itu melirik ke atas dengan bola mata yang nyaris keluar dari rongganya, lalu menyeringai lebar hingga mulutnya hampir membelah wajah itu menjadi dua.

“Kalian sudah membangunkan dia.”

Overall, Rettania sudah berhasil membuat sebuah cerita horror yang tak juga menarik, tapi berkesan. Rahasia Lantai Keempat mampu memberikan ketegangan secara konsisten, tanpa detail detail yang tak perlu. Dan ditutup dengan ending yang mirip mirip ending film film masa kini. Ngomongin film, buku ini juga saya rasa cukup cinematic untuk dituangkan dalam layar lebar. Saya membayangkan hantu krincing krincing itu mirip dormentor dengan tubuh yang lebih gendut, tapi lebih menyeramkan.

Judul: Rahasia Lantai Keempat
Penulis: Rettania
Penerbit: Bukune
Jumlah halaman: 153
Rate: 4/5

Read Full Post »