Sayangnya, kelereng milik Aldi yang sudah ia kumpulkan harus ia simpan rapi di kaleng roti, karena tren permainan sedang mengalami perubahan. Teman temannya tak lagi menggemari gundu, dan beralih mengadu jangkrik. Jangkriknya pun spesial dan mereka harus mencari sendiri. Karena tidak sembarang jangkrik bisa tahan untuk diadu. Biasanya ada dua jenis yang sering dijadikan aduan, jangkrik jeliteng dan jelabang. Suatu hari Aldi menemukan jangkrik jeliteng. Ia lalu membawa jangkriknya untuk diadu dengan jangkrik temannya yang sudah berulang kali memenangkan pertandingan. Apakah jangkrik Aldi akan menang?
Sebenarnya pertanyaan itu masih kurang tepat, karena isi cerpen pertama yang diberi judul Ode Untuk Jangkrik ini tidak melulu bercerita mengenai jangkrik siapa yang menang atau kalah. Ini adalah kisah Aldi, yang sedang dibutakan oleh permainan adu jangkrik sehingga mengindahkan himbauan orang tuanya. Barangkali nasib yang menimpa Aldi adalah buah dari apa yang telah ia tanam. Cerpen ini, secara samar ingin mengingatkan bahwa mengadu jangkrik itu tidak baik. Secara luas juga dapat diartikan bahwa tidak hanya jangkrik, kita pun tidak boleh mengadu binatang. Ingat lagu Adu Domba milik Kak Rhoma, adu domba mengadu domba, perbuatan tercela.., atau lagu Ayam Jago punya Aida Saskia, ayam jago jangan diadu, kalau diadu jenggernya merah.
Lebih baik mengadu kepintaran atau ilmu kenuragan sahaja. Melalui Ode Untuk Jangkrik, Ratih Kumala berhasil membawa kembali permainan yang sempat menjadi hits di tahun 90an(atau 90an ke bawah) dengan baik, dan akan sedikit membawa nostalgia bagi siapa saja yang pernah mengalaminya.
Sayangnya, persahabatan Aida (bukan yang nyanyi dangdut tadi) dengan Nonik menimbulkan masalah. Aida dinterogasi oleh polisi perihal Nonik. “Sejak kapan kamu kenal Nonik?” tanya polisi. Aida pun menceritakan awal mula ia kenal dengan Nonik. Nonik menganggap Aida sebagai guardian angelnya, yang menjaga Nonik agar tidak kebablasan sewaktu sedang mabuk. Mengapa Aida diinterogasi polisi? Apa yang terjadi dengan Nonik? Melalui cerita Aida, pelan pelan semua akan terungkap. Sesuai judulnya, Nonik, cerpen ini berkisah tentang kehidupan Nonik melalui kacamata sahabatnya, Aida. Tentang nasib Nonik, mungkin mudah untuk ditebak, tapi yang menarik ialah alasannya dibalik semua kejadian itu.
Sayangnya, nasib telah menakdirkan Ah Kauw sebagai tukang gali kubur. Tapi bukan tukang gali kubur biasa, karena ia menggali kuburan yang ada isinya. Ah kaw menggali pemakaman, membongkar kuburan. Upahnya lumayan menguntungkan baginya. Apalagi terkadang ia juga mengambil barang perhiasan yang ikut terkubur jika kebetulan ia menggali kuburan orang Cina atau Belanda. Tapi pekerjaannya membuat hubungan dengan orang tuanya renggang. Dan ketika ia juga tak kunjung dikaruniai anak, ia dan istrinya pun berpikir ada yang tidak beres dengan pekerjaannya.
Sayangnya, cerpen yang menjadi judul buku ini, Bastian dan Jamur Ajaib, tidak seperti yang saya bayangkan. Ternyata bukan cerita dongeng, atau apa pun yang berbau fantasi, melainkan cerita tentang Bastian yang sedang patah hati, dan berkelana mencari pil lupa cinta. Cerpen ini terjadi pada masa ketika orang orang menganggap biasa pada sebuah pertanyaan; “Kamu jual pil lupa cinta?” Suatu hari seorang bartender member Bastian minuman yang berwarna kecoklatan atau abu abu, tak jelas karena lampunya remang remang.
“Apa ini” Jus eek?” tanya Bastian.
Ketika diminum, ternyata rasanya mengerikan. Tapi, tak lama setelah kejadian itu sesuatu yang aneh terjadi dengan Bastian. Ia bertemu dengan Raquel, perempuan yang dicintainya. Kemudian diketahui itu adalah efek dari jus eek yang ia minum. Jus itu rupanya berasal dari jamur. Bastian pun ketagihan, dan berusaha menemui seorang tabib yang punya persediaan jamur tersebut, tanpa Bastian ketahui bahwa itu bukanlah jalan yang baik.
Cerpen ini menjadi yang terakhir, dan sedikit kurang nendang kalau dijadikan sebagai penutup. Meski dari seluruh cerpen di buku ini, sebenarnya memang tidak ada yang benar benar nendang. Ceritanya biasa saja. Tak ada yang benar benar menonjol. Bukan berarti jelek, hanya saja terlalu biasa, tidak ada yang membekas begitu selesai membacanya. Buku ini terdiri dari tiga belas cerpen, beberapa sudah pernah terbit di koran. Sebagian besar bercerita mengenai ketidakbahagiaan dengan tema yang beragam, mulai dari penggali kubur sampai putri duyung. Dan, meski gagal untuk memberikan kesan yang mendalam Bastian dan Jamur Ajaib masih bisa dinikmati dengan lezat.
Judul: Bastian dan Jamur Ajaib
Penulis: Ratih Kumala
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman:130
Rate:2,5