Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘thriller’

Di film ini, kalau ingin selamat kamu enggak boleh mengeluarkan suara sekecil apa pun. Baik yang dilakukan secara sadar mau pun tidak sadar. Yang secara sadar misalnya ngomong, nyanyi, memperbaiki lemari baju yang rusak, atau bikin video unboxing kacang sukro dua kelinci. Yang dilakukan secara tidak sadar misalnya tidur ngorok. Kalau hal ini sampai dilakukan, ya wasalam deh. 

Penyebab utamanya ialah adanya monster ganas yang akan dan membantai siapa pun yang mengeluarkan suara. Diam benar benar berarti emas. Monster itu hanya bereaksi terhadap suara. Jadi, intinya kamu boleh melakukan apa pun asal jangan sampai bersuara. Susah dan enggak seru tentunya. Monster monster itu telah membunuh ratusan ribu manusia. Mereka yang bertahan, hidup terpisah pisah. Berusaha sekuat tenaga untuk beradaptasi dengan kehidupan yang baru. Kehidupan tanpa suara.

Diantara para penyintas itu, tinggalah satu keluarga; ayah, ibu dan dua orang anak, laki laki, dan perempuan. Sang ibu sedang hamil. Selain kesusahan karena adanya monster anti suara itu, mereka juga sedang dalam masa penyembuhan luka dalam hati karena kehilangan anak terkecil mereka yang dimangsa monster. Tapi mereka cukup baik menyembunyikan duka laranya. Kehidupan mereka berjalan baik baik saja hingga kemudian terjadilah kecelakaan yang diakibatkan oleh sebuah paku. Kejadian itu menimbulkan suara yang cukup keras. 

A Quiet Place efektif sekali untuk memacu jantung hingga berdebar debar. Karena kaget oleh kedatangan monster. Karena tegang melihat nasib tokoh tokohnya. Kaya lagi nonton film film survival oleh alien, zombie, atau psikopat. Seperti premisnya yang kudu tanpa suara, menonton film ini secara tidak sadar membuat saya juga tidak ingin mengeluarkan suara. Suasana jadi tambah menegangkan. Ini ditunjang dengan scoring yang pas sekali kemunculannya. 

A Queit Place menitikberatkan pada kisah keluarga penyintas itu, jadi jangan harapkan penjelasan mengenai asal usul si monster. Kenapa mereka bisa sampai di bumi. Kenapa manusia bisa kalah, padahal dari segi fisik sepertinya enggak kuat kuat amat. Ditembak pakai rudal juga mati kayaknya. Kalau mereka sensitif dengan suara mengapa enggak dijebak untuk masuk ke sebuah ruangan lantas ditembakin ramai ramai atau disetel musik dangdut koplo sekalian biar ajojing. Monsternya mengingatkan saya dengan demigorghon di serial Stranger Things. 

Akhirnya, A Quiet Place ialah sebuah film yang membuatmu geregetan, kaget dan tak lupa sengatan di hati yang bisa membuat mata jadi sedikit panas manakala hubungan ayah dan anak berada dalam puncaknya. John Krasinski menjadi sutradara sekaligus berperan sebagai suami, dan mengajak Emily Blunt,istrinya sendiri di dunia nyata sebagai istrinya. Si anak laki laki dimainkan oleh Noah Jupe. Yang sudah nonton Wonder, dia jadi temannya August. Sementara Millicent Simmonds jadi anak perempuannya. 

A Quiet Place ditutup dengan ending yang badasse poll. Melihat bahwa masih banyak yang bisa dikembangkan ceritanya, bukan enggak mungkin kelak bakal dibikin kisah lanjutan, atau prequell bahkan spin off juga bisa. Seperti Cloverfield. Rate:4

Read Full Post »

Sewaktu tragedi itu terjadi, Kiewarra ialah tempat laksana bunyi telepon jaman dulu; KERIIINGGGG!!!!! Hujan seperti anak kecil naik ke pohon dan dibawahnya lahar gunung berapi; enggak mau turun. Musim kemarau terlalu lama singgah. Panas. Sungai kehilangan air. Manusianya kehilangan kesabaran. Tragedi itu merupakan yang terburuk sepanjang 20 tahun sejarah Keiwarra. Satu keluarga tewas terbunuh. Ibunya bersimbah darah di depan pintu masuk. Anak laki lakinya di dalam kamar. Ayahnya di atas mobil dengan kepala hancur terkena peluru. Senapan di tangannya. Bunuh diri.

Setidaknya itulah dugaan banyak orang. Luke Hadler membunuh istri dan anak laki lakinya sebelum membunuh dirinya sendiri. Orang tuanya tak setuju. Mereka membujuk Aaron Falk untuk menyelidiki. Aaron Falk ialah teman lama Luke Hadler. Semasa muda, keduanya bersahabat bersama dua teman perempuan lainnya, Elli Deacon & Gretchen. Kemudian kita akan tahu, kalau Elli Deacon meninggal. Aaron Falk terpaksa pergi dari tempat itu setelah ayah Elli Deacon menuduhnya sebagai pembunuh putrinya. Apakah Aaron Falk membunuh Elli Deacon? Kalau bukan, siapa pembunuh sebenarnya? Pertanyaan itu terputar di kepala bersama dengan pertanyaan lain; apakah Luke Hadler memang bunuh diri? Kalau bukan bunuh diri, siapa yang membunuh?

Jawaban atas pertanyaan itu akan diungkap menjelang bubaran setelah penyelidikan oleh Aaron Falk dibantu polisi setempat. Kisah penyelidikan itu berselingan dengan kisah 20 tahun yang lalu ketika Aaron Falk masih sering bermain dengan 3 temannya itu sampai Elli Deacon terbunuh. Porsi drama di buku ini lebih dominan ketimbang penyelidikan penembakan itu. Buku ini bukan kisah pembunuh berantai yang mengintai korban korbannya. Jadi bisa dibilang nyaris tanpa ketegangan, yang ada hanya penasaran. 

Sebagai yang pertama tiba di TKP, lalat lalat itu mengerubuti dengan puas dalam panas selagi genangan darah menghitam di ubin dan karpet. Di luar, jemuran bergeming di tali jemuran, kering dan kaku karena matahari. Sebuah sekuter anak anak tergolek di sebuah jalan setapak dari batu. Hanya ada satu jantung manusia yang masih berdetak dalam radius satu kilometer dari pertanian itu. 

Karena itulah tidak ada yang bereaksi ketika jauh di kedalaman rumah, bayi itu mulai menangis.

The Dry mungkin enggak sampai memainkan emosi, tapi cukup bisa untuk dinikmati. Siapa pelaku pembantaian itu pun mengejutkan. Sayangnya treatment yang diterapkan pada tokoh itu kurang meninggalkan kesan. Meski demikian buku ini masuk dalam kategori mudah untuk dihabiskan. Cobalah jika kamu menyukai kisah pembunuhan seperti buku Dekut Burung Kukut, Ulat Sutra, Dark Places dan lainnya. Rate:4

Read Full Post »

Ajun Komisaris Bursok Sembiring kembali beraksi. Setelah memecahkan kasus peti mati yang bisa terbang, kali ini ia berurusan dengan pembunuhan dan raibnya sesosok manekin milik korban pembunuhan itu. Sst, konon manekinnya bisa hidup sendiri dan mulai menuntut balas atas kematian Rendi, laki laki pemiliknya yang jatuh cinta padanya. Pembunuhan Rendi bukanlah tanpa saksi. Akan tetapi, saksinya sendiri berada jauh berkilo kilometer dari TKP. Saksi tersebut mengetahui kejadian itu melalui gambaran seperti halnya mimpi. 

Ia melihat melalui mata manekin milik Rendi. Saksi itu tak lain adalah saudari kembarnya, Rinda. Rinda mampu terkoneksi secara gaib ke dalam tubuh padat manekin yang dibuat amat mirip dengan dirinya. Keganjilan itu dimanfaatkan oleh Bursok untuk mencari siapa dalang pembunuhan Rendi. Berpacu dengan kecepatan sang manekin yang mulai menuntut balas atas kematian sang kekasih, Rendi.

Abdullah Harahap kembali menyuguhkan cerita horor mistis yang sedikit erotis dibingkai oleh thriller pembunuhan dan usaha untuk menangkap pelakunya. Bagi yang sudah membaca Misteri Peti Mati, tentu sudah tak asing lagi dengan Ajun Komisaris Bursok, yang punya ‘mata elang’, sanggup mendeteksi gerakan sehalus apa pun dari seseorang yang kemudian akan menuntunnya dalam menyelidiki kasus itu. Tapi bagi yang belum membaca Misteri Peti juga tak masalah. Buku ini bukanlah lanjutan dari buku itu. Ini ceritanya lain sekali.

Ciri khas Abdullah Harahap masih ada disini. Pembunuhan dengan cara cara yang di luar akal sehat. Erotisme. Tapi sayangnya, buku ini tidak terlalu bikin merinding. Hantu manekin bukanlah seperti hantu hantu yang lain. Ia spesial meski enggak pakai telor. Manekinnya sendiri pun acap kali membuat laki laki terpesona. Apalagi bibir merahnya yang membara. Membuat ingin menciumnya. Meski kerasss terasa. (Kalau pas ‘hidup’ sih, lembut.) Horornya dibuat dari kematian kematian yang membikin ngilu. Tsadis. 

Apa yang kini terlihat adalah sesosok monster yang berwujud manusia duduk, dengan kedua lengan menyilang di depan wajah. Duduk diam dan kaku, tak begerak gerak. Dengan sekujur tubuh mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki semuanya terbuat dari lapisan fiberglass. Sesosok monster tanpa wajah.

Yang menarik dari buku ini ialah wujud sang manekin. Disamping wajahnya yang dibuat sangat mirip Rinda, ternyata bagian dalamnya terdiri dari rangkaian kabel kabel laksana robot. Manekin ini tak hanya diam, namun juga bisa bergerak. Meski terbatas dalam gerakan merangkul dan menjepit. Bahkan pahanya juga bisa hangat. Jangan heran, karena sejatinya manekin ini merangkap pula jadi boneka seks. Ini dalam kondisi normal. 

Dalam kondisi yang tak normal, atau dirasuki, manekin itu akan berlaku bak penyihir. Membuat kepalanya melayang layang, membuat kursi kursi bergerak sendiri. Serta bisa jalan lenggang kangkung seperti manusia. Manekin itu seperti dapat kekuatan super, dan digunakan untuk membalas kematian Rendi. Sayangnya, kekuatan super itu tidak meliputi sinar laser yang keluar dari telapak tangan, atau terbang ke langit seperti Iron Man. 

Manekin tidak ubahnya seperti manekin di toko yang memakai baju tidur. Bukan untuk semua orang meski banyak orang menyukai tidur. Tapi, ada orang yang enggak suka tidur. Yaitu, orang enggak ngantukk weee… Intinya ialah buku ini bisa mengobati dahaga atas cerita kriminal berbalut mistis dengan selimut erotis yang tipis. Bukan yang terbaik dari seorang Abdullah Harahap. Bukan pula yang buruk. Yang sedang sedang saja. 

Manekin | Abdullah Harahap | Paradoks | Jumlah halaman: 520 | Rate: 3

Read Full Post »

Hal paling mengerikan bagi seorang ibu bukanlah kehilangan tupperware, melainkan hilangnya anak yang dikasihinya sepanjang masa. Seorang ibu akan berusaha dengan segala cara untuk melindungi buah hatinya. Apalagi jika anak itu sudah lama dinantikan kehadirannya. Seperti yang terjadi pada Honami. Ia baru dikaruniai anak pada usia empat puluhan setelah menunggu bertahun tahun. Berbagai cara telah ia coba. Menyakitkan dan melelahkan. Maka dari itu, ia jadi posesif kepada putrinya yang masih kecil itu. Terjadinya pembunuhan terhadap anak kecil di lingkungan tempat tinggalnya semakin membuatnya khawatir akan keselamatan putrinya. Apalagi polisi pun masih belum menemukan si pelaku. Di tengah kekhawatirannya, ia tak sengaja melihat orang yang mencurigakan. Dan ia yakin bahwa orang itu adalah pembunuhnya.

Kesan pertama ketika selesai membaca ialah;yak, kalian memang benarrr!!! Ini saya tujukan kepada kalian yang sudah membaca buku ini lebih dulu, dan mengatakan bahwa endingnya tidak bisa ditebak. Dan memang benar, twistnya edan pisan. Bisa jadi akan saya masukan ke dalam daftar buku dengan twist mengguncang. Beneran menipu. Saking menipunya malah bisa bikin orang mencak mencak. Lho, kok bisa ya? Kejutan yang luar biasa itu memang jadi nilai plus buat buku ini, akan tetapi, twistnya itu sendiri menimbulkan pertanyaan lain yang sedikit mengurangi kejeniusan twistnya itu. Semacam love hate twist kayaknya. 

Holy Mother menuturkan kisah Honami dan putrinya, dua orang polisi yang menyelidiki kasus pembunuhan dan Makoto, seorang siswi SMU sekaligus pelatih kendo anak anak. Kisah mereka dituturkan secara bergantian diselingi flashback ketika Honami dalam masa pengobatan untuk mendapatkan keturunan. Berbagai cara yang dilakukan Honami dijelaskan secara gamblang dan detil. Bisa nambah ilmu. Tapi, karena bagian konsultasi dan pengobatannya keseringan, jadi agak ganggu dikit. Karena lagi penasaran mencari siapa pembunuhnya, tiba tiba beralih ke kisah Honami manakala di rumah sakit. Memang sih, semua itu diceritakan agar kita tahu seberapa desperatenya Honami untuk mendapatkan anak. 

Holy Mother ialah sebuah slow burn thriller yang mengajak saya untuk menebak, menerka siapa pembunuhnya, sekaligus berempati terhadap perjuangan seorang perempuan untuk mendapatkan seorang anak. Karena judulnya Holy Mother, kisah kasih ibu kepada anaknya lebih dominan ketimbang lika liku polisi mencari pembunuhnya. Sebuah kisah yang sayang untuk dilewatkan. Apalagi jika kalian penggemar kisah kisah dengan ending yang tidak mudah ditebak. 

Holy Mother | Akiyoshi Rikako | Penerbit Haru | Halaman: 277 | Rate: 4

Read Full Post »

Jika Marlina punya hobi bikin pantun, apakah filmnya bakal punya judul Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Kali Empat Sama Dengan Enam Belas, Sempat Tidak Sempat Harap Dibalas? Tentu saja tidak demikian. Marlina wajib punya judul aslinya, Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak. Terlihat classy, keren dan bikin penasaran ingin segera menuju bioskop terdekat. Judulnya memang gurih, mengandung umpan yang bakal disambar oleh para penonton film jenis pertama, yaitu golongan penikmat film yang menonton karena judulnya. 

Jalan ceritanya pun benar benar akan membuat golongan penonton tipe kedua mempercepat langkah kakinya menuju bioskop, yaitu jenis penonton film yang menonton karena jalan cerita. Film ini punya jalan cerita yang tak umum. Seorang janda terpaksa membunuh lima perampok yang menyatroni rumahnya, kemudian menenteng kepala salah satu perampok itu menuju kantor polisi sambil dikejar oleh kawan si perampok. 

Keindahan Sumba dalam film ini ialah keindahan haqiqi. Manjain mata. Wajib untuk disaksikan melalui layar bioskop kecuali kamu punya TV LED 100 inch. Itu juga kudu nunggu DVDnya rilis dulu. Kelamaan. Nanti keburu disamber orang. Disamber orang tiketnya maksudnya. Layar bioskop yang besar membuat pemandangan Sumba terlihat begitu memukau. Hamparan rumput kering yang luas, jalan berliku, dengan ujung  samudera biru membentang. Malamnya, biarpun sedikit, ada bulan purnama bulat, besar benderang. Jelasnya, visualnya outstanding, yang bisa jadi akan membuat jenis penonton ketiga; yang menonton karena visualnya, akan memacu kudanya menuju bioskop terdekat menyusul jenis penonton pertama dan kedua.

Film ini juga ingin menunjukkan betapa kuatnya perempuan. Misalnya Novi, temannya Marlina yang lagi hamil itu. Waktu lihat Marlina tenteng itu kepala, responnya cuma beringsut sedikit, sesudahnya mengobrol seperti biasa. Padahal yang ditenteng itu kepala orang. Bukan sayuran, atau buah buahan. Kok ya enggak histeris, shock, terus langsung melahirkan. Kekuatan perempuan terlihat dengan jelas sepanjang film. Jenis penonton yang keempat; yang menonton karena kekuatan wanita kemungkinan besar akan segera mengebut mobilnya menuju bioskop terdekat. 

Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak mengingatkan saya dengan film Quentin Qarantino, Django Unchained. Pengalaman saya nonton film film western emang nol besar, tahunya dari Quentin Tarantino saja. Juga ada sedikit yang seperti cerita cerita karangan Gabriel Garcia Marquez, atau Eka Kurniawan. Perihal hantu tanpa kepala yang memainkan alat musik tradisional Sumba itu memang punya daya magisnya sendiri. Iringan musiknya pun demikian. Dan satu lagu yang dinyanyikan pakai bahasa Sumba itu, masih terngiang sampai sekarang meski tak tahu artinya. Judulnya Lahape Jodoh, nyari di google tak nemu artinya. Tapi dengernya sedih betul. Tentang jodoh yang tak kunjung datang, mungkin. Karena hal hal inilah, maka jenis penonton kelima akan berbondong bondong naik bis pergi ke bioskop; jenis yang menonton film karena genre western, ditambah punya scoring dan lagu yang yahud. (Maksa emang.)

Akhirnya, film ini sangat layak untuk ditonton. Memang brutal dan mengerikan ada kepala menggelinding atau ditenteng dan menyakitkan melihat apa yang terjadi didalamnya. Entah saya saja atau yang lain juga, saya lebih enggak tega melihat Novi. Sewaktu ia lagi lari lari kecil nyamperin Marlina, aduh itu takut jatuh. Lebih parah lagi yang terjadi selanjutnya. Ngeri sekali lihat perutnya. Tapi bukan berarti tanpa kehangatan dan rasa haru. Interaksi antara Marlina dan Topan sedikit memberi angin yang menyejukkan. Yang jelas, nonton Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak di bioskop jadi tamasya yang menyenangkan. Tidak ada duanya. Kecuali nonton lagi, baru ada duanya. Dan, ngeliat sop ayam jadi tidak pernah sama lagi. 

Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak | Dir: Mouly Surya | Cast: Marsha Timothy, Dea Panendra, Yoga Pratama | Rate: 4

Read Full Post »

Kim Byeong Soo terkena dementia. Kadang ia tak ingat siapa dirinya, siapa namanya, ada dimana, dengan siapa, semalam berbuat apa. Ia lupa teman temannya, bahkan anaknya. Masalah bertambah karena ia dulunya seorang pembunuh berantai. Kadang, tubuhnya melakukan gerakan membunuh tanpa ia sadari. Pernah ia pernah mencekik Eun Hee, anak gadis satu satunya, karena menyangkanya orang lain. Sekalipun begitu, Eun Hee sangat mencintai ayahnya itu. Kepikunan ayahnya tak menyurutkan hasratnya untuk berbakti kepada ayahnya semenjak ibunya tiada. Calon mantu idaman. Cantik pula.

Masa lalu ayahnya sebagai pembunuh berantai yang mengubur korban korbannya di hutan bambu tak diketahui oleh Eun Hee atau siapa pun. Suatu hari, Kim Byeong Soo tak sengaja menabrak mobil di depannya hingga bagasi mobil itu terbuka. Di dalam bagasi, ada koper dengan darah yang menetes keluar. Curiga, ia lalu mengambil darah itu lantas memeriksanya. Ternyata darah manusia. Ia pun melaporkan ke polisi, tapi tak ada yang percaya. Suatu ia bertemu kembali dengan orang yang ia tabrak. Orang itu  Min Tae Jo, sedang bersama Eun Hee, mengaku jadi pacarnya. Kim Byeong Soo pun berusaha memisahkan mereka berdua. Keadaan tambah ramai ketika Min Tae Jo juga tak tinggal diam, dan tau bahwa Kim Byeong Soo seorang pembunuh berantai yang insaf.

Konflik antara kedua orang itu berlangsung seru ketika Kim Byeong Soo sedar ingat siapa dirinya. Tapi kalau lagi kumat pikunnya, keadaan akan berbalik 180 derajat; Kim Byeong Soo akan menerima dengan lapang dada hubungan Min Tae Jo dengan putrinya. Seperti ingatan Kim Byeong Soo yang timbul tenggelam, Memoir Of A Murderer pun seringkali berganti antara thriller dan drama ayah dan anak.

Bagi yang menggemari thriller Korea Selatan, film ini boleh dicoba dan kemungkinan bakal suka. Meski tak begitu menegangkan, tapi cuilan drama ayah dan anak barangkali cukup untuk menyentuh hati kalian sekalian. Film ini tak seperti The Chaser, I Saw Devil, No Mercy, melainkan lebih menyerupai Memories Of Murder. Bahkan ada satu scene yang tempatnya mirip; adanya sebuah terowongan.

Memoir of A Murderer juga menjadi ajang pembuktian untuk Seol Hyun dimana tampil cukup baik memerankan Eun Hee meski dengan kosmetik melekat di wajah setiap waktu. Penampilannya jauh berbeda jika dibandingkan waktu ia sedang joget joget bersama grupnya AOA. Sementara itu, Sol Kyung Go berhasil memerankan seorang pensiunan pembunuh berantai yang mengidap dementia. Perubahan saat sadar dan pikunnya kambuh itu terlihat dengan baik.

Ending Memoir of A Murderer mengingatkan saya dengan peribahasa karena nila setitik rusak susu sebelanga. Meski sebenarnya peribahasa itu terlalu berlebihan dibanding yang sebenarnya terjadi. Tapi, saya tak menemukan peribahasa lain yang punya maksud sama. Peribahasa buruk muka cermin dibelah jelas tidak nyambung sama sekali. Nah, maksudnya gimana kok bisa ngingetin sama peribahasa itu? Jadi, ada sedikit scene di ending yang malah menghancurkan scene sebelumnya yang seharusnya sudah perfect untuk menutup film ini. Simplenya, endingnya kepanjangan. Entahlah, mungkin agar lebih membekas di hati penonton, sayangnya bekasnya jadi tidak enak.

Sutradara Won Shin Yeon, yang sebelumnya membesut film action spy thriller The Suspect, barangkali tidak sepenuhnya berhasil membuat film pembunuh berantai yang membuat tegang sepanjang waktu, tapi drama antara ayah dan anak bisa jadi akan membekas dibenak meski tak sampai jadi film penguras air mata.

Memoir Of Murderer | Dir: Won Shin Yeon |Cast: Sol Kyung Go, Seol Hyun | Rate: 3

Read Full Post »

Ditemukan mayat aneh dan mengerikan. Mayat bocah laki laki, bagian pinggang ke bawah menyambung dengan tubuh rusa. Setengah manusia setengah rusa. Detektif Gabriella Versado ditugaskan untuk menemukan pelakunya. Belum ketemu, eh jatuh korban lagi dengan kondisi lebih mengerikan. Hayo lho…
Gaby, begitu biasanya si detektif dipanggil, punya anak perempuan remaja bernama Layla. Keduanya tinggal berdua serumah ditambah Nyancat, si kucing. Ayahnya bercerai dan sudah menikah lagi. Kesibukan Gaby membuat mereka jarang kumpul berdua. Layla, punya teman bernama Cassandra, panggilannya Cas.

Sementara itu, di sisi lain kota ada seorang pemuda bernama Jonno Haim, yang terpaksa pindah ke Detroit demi hidup yang lebih baik. Bersama pacarnya, Jen yang seorang DJ, mereka berniat untuk membuat sebuah video berita terkini dan menguploadnya di youtube. Mereka ingin terkenal dengan cara itu. Lalu ada Thomas Keen, alias TK. Laki laki tua yang bertugas mengawasi para tunawisma.

Selain tokoh tokoh itu masih ada tokoh lain, tapi inti buku ini menceritakan tokoh tersebut dan tokoh lainnya. Tentang bagaimana mereka kemudian terhubung dengan kasus pembunuhan aneh itu meski awalnya tidak saling kenal dalam sebuah jalinan cerita yang membutuhkan kesabaran. Cenderung lambat. Apalagi dengan jumlah halaman yang lumayan gendut, 600an halaman lebih. Bukan buku yang oleh saya mudah untuk diselesaikan.

Menurut saya, ada beberapa cerita yang seharusnya tidak terlalu detail dan lama. Contohnya mengenai hubungan Layla dan Cas, dan permasalahannya. Juga tentang masa lalu Cas. Seharusnya cukup diceritakan keduanya teman baik saja. Teman curhat. Teman sepermainan. Itu saja sudah cukup. Karena bagian waktu mereka berurusan dengan pedofilia malah menurunkan tempo. Hasrat ngin mengetahui bagaimana kasus pembunuhan itu jadi tertunda. Sesuatu yang tertunda kan biasanya menyebalkan, kecuali sesuatu yang tertunda punya Padi. Top markotop lah itu.

Selain itu, cerita awal mula tokoh tokohnya juga tidak terlalu menarik. Jonno Haim dan pacarnya Jen biasa saja. Justru bagian Jonno dan Cate sedikit lebih menarik. Lebih ada ‘percikan’. Padahal cuma sekilas. Tokoh antagonisnya pun tidak berkesan sama sekali.

Bagian akhir yang seharusnya menegangkan justru dirusak oleh adanya halusinasi halusinasi yang tidak benar benar diberi tahu dari mana asalnya. Halusinasi itu memang mengerikan, cuma masalahnya saya sudah terlanjur tahu bahwa itu tak nyata. Jadi jatuhnya ilfeel. Halah, cuma boongan, gitu kata saya. Juga mengenai pintu pintu simbolis yang kurang jelas gunanya apa. Mungkin saya kurang piknik, jadi enggak terlalu nangkep maksudnya. Terus, biasanya kalau membaca buku atau menonton film yang ada bagian menangkap pembunuhnya kan kadang suka deg degan sendiri ya, saat penjahatnya akan tertangkap, atau waktu bertarung, atau menyelamatkan seseorang. Waktu saya baca buku ini tidak begitu. Lempeng aja. Pasrah tokohnya mau diapain juga. Yang penting cepat selesai. Mungkin buku ini telanjur membosankan, tidak punya sesuatu yang menggetarkan hati. Mungkin karena hati saya yang sudah terlalu keras. Seperti kehidupan. Jeng jeng!

Mungkin juga karena harapan saya terlalu tinggi. Salah saya juga sih, tak baca sinopsis dengan lengkap. Saya hanya tahu ada mayat setengah manusia setengah rusa, dan detektif yang memburu pembunuhnya. Saya kira, ini bakal berbau fantasi dimana mayat aneh itu adalah semacam makhluk fantasi betulan, bukan manusia biasa yang dilem ditubuh rusa. Pembunuhnya juga kurang jelas. Jadi begini, pembunuh sebenarnya ialah mimpi. Mimpi menjadi entitas yang berdiri sendiri, mengontrol manusia untuk membunuh. Alasan kenapa ia harus menyiarkan ke seluruh dunia juga saya gagal paham. Kalau misalnya semua orang tau terus apa. Paling juga gempar sebentar saja. Masalah lainnya ialah sebenarnya mimpi ini siapa? Apakah ia cuma karangan si pembunuh(semacam kepribadian ganda), apakah juga semacam makhluk lain. Alien. Makhluk halus. Tapi kalau makhluk lain, kenapa tidak diceritakan lebih dalam. Heuu.. saya gagal paham. Mungkin juga karena otak saya sudah buntu dan keras. Seperti kehidupan. Jeng jeng!

Akhir kata, Broken Monsters atau Monster Monster Rusak akan sulit memuaskan kalian yang mencari cerita menegangkan, dengan alur yang cepat. Buku ini lambat, cerita cerita pendukungnya juga biasa saja. Seandainya saja bisa diringkas,mungkin akan jadi lebih baik. Buku ini juga sepertinya ingin menunjukkan bahaya media sosial yang telah mengubah tingkah laku manusia dan bisa menjadi alat yang berbahaya; sebuah alat bagi pembunuh mewujudkan tujuannya. Cara penyampaiannya saja yang terlalu bertele tele. Ada quote menarik yang sedikit meluruskan apa yang dulu dinyanyikan Ahmad Albar, Nicky Astri dan Nike Ardila.

Panggung sandiwara bukanlah dunia, melainkan media sosial, tempat segalanya dipertunjukkan. Sisa kehidupan kita hanya latihan, dipersiapkan untuk tampil menakjubkan secara online.

Sesudah menamatkan buku ini, saya membaca di bagian belakang ada kata kata dari Stephen King; “Sangat menakutkan dan mencekam.” Menurut saya itu terlalu berlebihan. Sama seperti berat buku ini yang berlebih. Tapi ada yang bilang buku tebal itu seksi. Bisa multi fungsi pula. Jadi bantal, ganjel pintu (belum pernah nyoba keduanya). Sekaligus ada makna filosofisnya. Buku yang tebal sebenarnya melambangkan kehidupan. Karena buku yang tebal itu keras. Seperti kehidupan. Jeng jeng!

Broken Monsters | Monster Monster Rusak |Lauren Beukes | PT Gramedia Pustaka Utama | 656 Halaman | Rate: 2

Read Full Post »

blindwmn

Cerita favorit. Birthday Girl. Bercerita mengenai seorang gadis yang melewatkan hari ulang tahunnya yang ke dua puluh dengan bekerja di sebuah restoran Italia menggantikan temannya yang sakit. Pemilik restoran itu tinggal di lantai enam gedung  yang sama, dan tak ada seorang pun yang pernah melihat wajahnya. Setiap hari, manager restoran akan mengantarkan makan malamnya tepat pukul delapan. Setiap hari. Namun, malam itu, si manager mendadak sakit sehingga tugasnya diserahkan kepada gadis yang berulang tahun. Ternyata, si pemilik restoran cukup baik padanya dengan memberinya sebuah kado ulang tahun yang luar biasa.

Cerita ini menjadi favorit karena awalnya cenderung biasa saja, dan jadi menarik ketika dikenalkan tokoh pemilik restoran. Siapakah pemilik restoran itu sebenarnya dan jawaban apa yang diberikan gadis itu mengenai kado ulang tahunnya ialah dua hal yang paling berkesan. Imajinasi jadi liar dipenuhi dengan jangan jangan. Jangan jangan pemilik restoran itu alien, setengah dewa, atau hanya orang biasa yang luar biasa kaya atau kuat. Jangan jangan ia dari masa depan, semacam penyintas waktu. Atau jangan jangan ia adalah seekor kucing. Kucing super. Miaw.

Dan Birthday Girl pun punya ending yang mengesankan kalau tak bisa dibilang agak menyebalkan. Meninggalkan sebuah imajinasi liar, dipenuhi kira kira. Kira kira apa yang saya lakukan kalau di posisi gadis itu?

Cerita paling santai. Perfect Day for Kangaroos. Bisa juga disebut cerita paling datar, tapi asik untuk dibaca. Ini seperti menonton film filmnya Hirokazu Kooreda, Ho Sang Ho yang monoton tapi menghanyutkan. Bercerita mengenai sepasang kekasih yang pergi ke kebun binatang untuk melihat bayi kanguru. Saya diajak untuk jadi obat nyamuk, ngelihatin mereka pacaran sambil ngobrolin kanguru.

Cerita paling horor. The Mirror. Sebenarnya ini satu satunya cerita yang menyinggung hantu hantu, otomatis jadi cerita paling horor. Judulnya cermin. Sudah bisa ditebak khan hantunya muncul dimana. Tidak terlalu seram.

Cerita paling disturbing. Crabs. Maksudnya lebih ke cerita yang sempat membikin perut saya jadi enggak nyaman. Berkisah mengenai dua orang yang menemukan rumah makan kepiting murah meriah dan enak. Akhirnya mereka ketagihan makan di tempat itu. Hingga suatu malam, si lelaki menemukan kenyataan yang mengejutkan, mengguncang kehidupannya yang membuatnya kapok untuk makan kepiting selama lamanya. Kenyataan mengejutkan itulah yang membuat perut bergolak sedikit. Kalau saja waktu itu saya habis makan dua piring, dan bacanya sambil naik wahana perahu Kora Kora, dipastikan saya akan muntah. Dan mau enggak mau, kalau nanti lihat kepiting lagi, mungkin saya akan ingat cerita ini, atau mungkin ingat yang lain. Ingat kamu misalnya. Atau Mr. Krabs di Bikini Bottom.

Cerita paling saya ingin jadi tokohnya. Where I’m Likely to Find It. Bercerita mengenai seorang nyonya yang kehilangan suaminya sewaktu pergi melihat ibunya. Nyonya itu tinggal di lantai 26, dan ibunya di 24. Si suami hilang di tangga antara lantai 24 dan 26. Hilang di udara. Nyonya itu lalu minta bantuan seorang detektiv khusus menangani hal hal yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Nah, saya ingin jadi detektiv tadi. Menyelidiki kasus kasus ganjil. Semacam yang ada di serial X Files.

Cerita paling familiar. Firefly. Pada dasarnya ini adalah versi ringkasnya Norwegian Wood. Dua orang sahabat. Satu wanita. Sanatorium. Bunuh diri. Teman satu kamar yang aneh. Minus Midori dan Reiko. Tapi bagi yang belum membaca Norwegian Wood, lebih baik diskip saja. Biar enak nanti baca Norwegian Woodnya.

Cerita dengan quote yang menawan. New York Mining Disaster. Ada beberapa quote yang berkesan buat saya. Diantaranya: ‘Clothes aren’t important. The real problem is what’s inside them.’ Ini seperti sebuah ungkapan jangan menilai orang dari penampilannya saja. Nilailah dari apa yang ada di dalam hatinya. Karena sebenarnya kita adalah makhluk makhluk yang telanjang apabila sedang mandi.

Selain itu, di cerita ini juga ada tips mengatasi gangguan terlalu banyak pikiran saat malam. ‘When I get depressed, I start to clean. Even if it’s two or three in the morning. I wash the dishes, wipe of the stove, mop the floor, bleach the dish towel, organize my desk drawers, iron every shirt in sight.’ Intinya bisa jadi membuat badan jadi lelah, kalau sudah lelah kan gampang buat tidur.

Selain cerita yang sudah disebutkan di atas, masih banyak cerita cerita yang sayang untuk dilewatkan dengan total 24 cerita. Jumlah yang sangat lumayan. Dengan tema yang sama sekali berbeda. Blind Willow Sleeping Woman, sebuah kumpulan cerita pendek Haruki Murakami yang akan membuatmu terpesona oleh jalinan cerita yang sureal, tak masuk di akal tapi masuk di hati. Tsahh!! Beberapa cerita memang aneh dan butuh pemahaman tingkat tinggi untuk bisa mengambil maksud dan tujuannya. Saya sih enggak terlalu ngoyo biar bisa paham semuanya. Yang penting menikmati.

Terakhir, cerita dengan judul paling menawan. Blind Willow, Sleeping Woman. Dibaca berulang kali tetap indah, menarik dan misterius. Apa hubungan antara pohon Willow dengan wanita yang tertidur? Sebuah dongeng gelap yang terselip di antara kenangan yang merambat saat mengantar sepupu berobat.

Read Full Post »

Seringkali menyenangkan tatkala sebuah lagu yang disukai tiba tiba terputar di salah satu adegan film tanpa kita duga sebelumnya yang tentu saja akan menjadikan adegan tersebut menjadi berkesan. Sebuah kejutan yang manis. Terakhir kali hal itu terjadi waktu saya menonton Valerian and The City of Thousand Planets sewaktu Space Oddity milik David Bowie mengalun di opening scene. Well, saya bukan fans beratnya beliau, tapi siapa yang bakal menolak Space Oddity? Atau siapa yang enggak suka We Are The Champion punya Queen? Benar sekali, di The Babysitter lagu itu terdengar mengiringi salah satu adegan paling keren di film ini.

The Babysitter bercerita mengenai anak kecil yang sudah terlalu besar untuk punya babysitter tapi ia punya itu. Alasannya karena Cole, nama anak itu, terlalu tidak bisa diandalkan untuk tinggal di rumah sendirian waktu orang tuanya pergi liburan. Cole penakut, dan sering dibully teman temannya. Babysitter yang menjaga Cole bernama Bee. Wanita seksi yang punya potensi untuk ‘menyengat’ setiap pria yang melihatnya. Dan film ini, bassicly emang mau nunjukkin ‘sengatan’ Bee yang sungguh dahsyat, dan tajam. Setajam silet yang sudah diasah sehari semalam. Kan maen.

Saya enggak mau cerita banyak mengenai jalan ceritanya, karena menurut saya akan lebih baik kalau tahu cuma sedikit saja. Meski kalau tahunya sedikit memang enggak bikin kenyang ya. Jadi masalah bermula ketika Cole didoktrin oleh cewek tetangganya yang mengatakan bahwa biasanya babysitter akan memasukan pacarnya ke dalam rumah waktu bocah yang sedang dijaganya tidur, lalu ena ena deh. Malam harinya, Cole yang penasaran pun pura pura tidur. Lalu mengintip babysitternya itu, dan apa yang ia lihat sungguh mengejutkan, dan sama sekali di luar dugaan. Horor pun dimulai.

The Babysitter sepertinya akan membuat pecinta horor slasher tersenyum. Dengan darah yang tak malu malu menyemprot ke muka, cukup gore untuk ukuran film dengan tokoh utama anak kecil. Tak hanya itu, film ini juga cukup lucu yang akan membuat tergelak di sela sela darah yang mengalir. Serius, film ini lebih lucu dari perkiraan saya. Mengingatkan saya dengan film Tucker and Dale vs Evil. Satu satunya pertanyaan yang mengganjal yaitu kok tetangganya pada enggak ada yang dengar ya ribut ribut kayak gitu? Oh, mungkin lagi tidur kali ya. Tanya sendiri dijawab sendiri. Terkadang hidup lebih baik memang seperti itu. Jawaban sendiri bisa memuaskan. Tapi tidak semua pertanyaan bisa dijawab sendiri. Pertanyaan macam ‘sudah punya pacar apa belum?’ itu ya jangan sampai dijawab sendiri. Halu bener.

Film ini disutradarai oleh sutradara yang namanya lumayan pendek, McG. Beliau menyutradari 3 Days To Kill yang saya tidak suka kecuali Amber Heard nya. Dan otomatis The Babysitter menjadi film favorit dari semua film McG yang pernah saya tonton. Ada banyak momen momen memorable, salah satu sudah saya sebutkan sebelumnya, yang melibatkan lagunya Queen. Yang lainnya misalnya pembunuhan pertama. Itu shocking sih, enggak nyangka bakal kaya gitu ditambah adegan selanjutnya yang malah bikin ngakak. Tak lupa, babysitter idaman setiap pria, Bee yang somehow kayak hibrid Gena Davis, Megan Fox dan Cinta Laura. Samara Weaving memang sangat pas memerankan Bee. Btw, menurut imdb, si Samara ini pernah tinggal di Indonesia lho. Entah kapan tinggalnya. Namanya juga sering saya dengar. Apalagi pas ada temen nikahan. Semoga samara ya..

Akhirnya, The Babysitter wajib kamu tonton apabila menyukai film film yang penuh darah, dan tak masalah dengan adegan pembunuhan yang ditampilkan secara jelas. Meski demikian, film ini boleh juga menjadi semacam film cooming of age yang bekerja dengan cara unik serta romansa yang malu malu untuk diakrabi. Oh satu lagi, ada setelah bubaran ada lagi satu adegan post credit yang sayang untuk dilewatkan. Sequel? Yes, please.

Read Full Post »

Yang memutuskan untuk menjadi vegetarian ialah Young Hye, perempuan, yang menurut suaminya biasa biasa saja. Keputusannya menjadi vegetarian mengejutkan suaminya beserta keluarga besarnya. Young Hye benar benar tidak ingin makan daging. Bahkan saat keluarganya memaksa. Penyebabnya ialah mimpi. Suatu hari Young Hye mimpi, bangun dan menjadi vegetarian. Itu saja. Mimpinya apa, nanti diceritakan, tapi ga terlalu jelas juga. Jadi kalau kamu semalam mimpi liat semangka, terus pas bangun kamu pengin jadi semangka maka kamu mirip Young Hye. Rada sableng. Cuma kalau kamu mimpi kawin, terus kamu pengen kawin, hmm ya itu wajar sih. Ehehehe. Tapii, Young Hye mimpinya bukan lihat semangka lho ya.
Yang kemudian menjadi masalah ialah kelakuan Young Hye yang tambah ajaib sejak jadi vegetarian. Stock daging sekulkas dibuang semuanya. (Buat pecinta daging, ini horor banget ya. Bayangin aja sesuatu yang disayang banget malah dibuang gitu aja. Dibuangnya sama orang yang disayang juga. Double ngenesnya.) Memaksa suaminya yang bukan vegeterian ikut tidak makan daging. Tidak hanya itu, ia kadang jadi lebih suka tidak pakai baju. Hingga kemudian terjadi hal yang tragis dan menyedihkan.

Yang menjadi pencerita ialah suami Young Hye, kakak perempuan Young Hye, dan suami kakak perempuan Young Hye alias kakak iparnya. Buku ini memang terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan siapa yang bercerita. Bagian pertama (Suami Young Hye) mengisahkan awal mula Young Hye jadi vegetarian dan kelakuan ajaibnya. Bagian kedua (kakak ipar Young Hye) ialah bagian mesum tapi (anggap saja) nyeni yang melibatkan tubuh tubuh yang dilukis seluruhnya kemudian ena ena. Bagian terakhir diceritakan melalui sudut pandang kakak perempuan Young Hye. Bagian ini mungkin yang paling menyedihkan, dan mbingungi, lantas ditutup dengan ending yang menyebalkan. Potato. Kentang. Mungkin lebih tepatnya, i want more..

Yang sedikit mengejutkan ialah Vegetarian ternyata tidak segore dugaan saya. Mulanya saya berpikir ceritanya tentang seorang yang menjadi vegetarian kemudian jadi gila dan mulai bunuh bunuhin orang, lantas dimakan. Vegetarian lebih ke sisi psikologis, bagaimana perilaku aneh Young Hye mempengaruhi kehidupan mereka. Meski demikian, Vegetarian tetap punya hal hal yang bisa membuat kening berkerut sampai syok ringan. Keadaan Young Hye menjelang akhir itu memang sungguh membuat tidak nyaman.

Yang membuat buku ini menarik untuk dibaca ialah gaya Han Kang dengan mengambil 3 sudut pandang yang membuat novel ini menjadi seperti 3 cerita yang tidak berhubungan satu sama lain. Meski sayangnya, sudut pandang tokoh Young Hye justru malah tidak ada. Padahal ini yang saya tunggu untuk menjelaskan secara langsung fenomena yang ada padanya. Menyelesaikan buku ini jadi semacam ada yang kurang. Untungnya terjemahannya asik, enak untuk dibaca sampai habis. Terima kasih ya kakak penerjemah. Apa yang kamu lakukan itu… keren. Ngikutin gaya Cinta eh kakak Young Hye di buku ini. Ada perkataan kakaknya Young Hye yang sama dengan kata Cinta di film AADC 2. Dua duanya lagi disakitin lelakinya. Lebih jahat lakinya kakaknya Young Hye tapi.

Yang terakhir dari review buku ini, Vegetarian ialah sebuah dongeng yang gelap, aneh dan menyedihkan tanpa menyisakan sedikit pun ruang untuk bahagia. Bagi yang merasa cocok, buku ini akan membiusmu sampai akhir meski bukan dokter. Apa sih.

Buku ini akan menghipnotismu sampai akhir meski bukan Tommy Rafael. Apa lagi ini.

Buku ini akan mengoyak rasa nyamanmu meski bukan bayangan masa lalu. Apa pula ini. Hentikan!

Buku ini.. Sudah cukup, Hayati lelah bang.

4/5

Read Full Post »

Older Posts »