Feeds:
Posts
Comments

Archive for May, 2013

insiden-anjing

Insiden Anjing Di Tengah Malam Yang Bikin Penasaran. Tanpa diiringi  kalimat ‘Yang Bikin Penasaran‘ pun, buku ini sudah mengundang rasa penasaran. Misalnya saja judulnya hanya ‘Insiden Anjing Di Tengah Malam‘, tetap bikin penasaran bukan? Kita pasti akan bertanya tanya, si anjingnya kenapa sih? Apa si anjing lagi nyolong timun, ketauan warga terus digebukin rame rame?
Atau jika judulnya cuma ‘Insiden Anjing‘ saja. Ini juga masih tetap bikin penasaran. Bahkan kalau buku ini enggak ada judulnya pun, saya yakin masih bikin penasaran.

Ini buku judulnya apa sih, aku jadi penasaran. #kemudian terus nyanyi lagunya bang Haji Roma Irama versi remix
*sunguh mati aku jadi..aku jadi..aku jadi..penasaraaaaannn*

Intinya adalah buku ini telah berhasil menarik perhatian saya untuk membacanya, bahkan sebelum saya tahu apa sebenarnya isi buku ini.  Lalu warna covernya. Ngejreng abis. Pink. Merah jambu. Seperti warna bulan yang luruh di kotamu, ketika kuayun sendiri langkah
langkah sepi menikmati angin. Kesannya romantis. Memang terkesan tidak matching dengan judul buku, tapi malah jadi tambah penasaran.

Buku ini bercerita menggunakan sudut pandang orang pertama (aku) yang bernama Christoper Boone. Cowok berusia lima belas tahun yang mengidap Sindroma Aspeger. Menurut Wikipedia, Sindroma Aspeger ialah sebuah gejala autisme dimana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Dalam kasus Christoper Boone, sindrom tersebut telah membuatnya menjadi orang yang tidak suka disentuh, akan mengerang apa bila ada terlalu banyak informasi yang masuk ke dalam kepalanya,
menyukai warna merah, tapi benci warna kuning dan coklat. Selain itu ia juga cenderung menggambarkan sesuatu yang ia lihat dengan begitu detail, serta jenius dalam bidang matematika.

Suatu malam Christoper Boone menemukan Wellington, anjing milik tetangganya telah mati dengan perut tertusuk garpu taman. Ia lalu
berniat untuk mencari siapa pembunuhnya meski hal itu dilarang oleh ayahnya yang selama ini mengurusnya karena ibunya telah tiada. Tapi siapa sangka,aksi detektif amatirannya itu membawa dirinya untuk menemukan sebuah rahasia mengenai kedua orang tuanya, yang membuatnya harus berani pergi jauh dari rumahnya.

Seperti tampilan luarnya yang unik, ternyata isi di dalamnya pun juga tak biasa. Mark Haddon menggunakan bilangan prima untuk menomori setiap babnya. Dimulai dengan bab 2, 3, 7 dan seterusnya. Kemudian ada ilustrasi kecil kecilan berupa gambar rasi bintang, makhluk ruang angkasa, sapi, dan yang lainnya sebagai penunjuang isi cerita.
Tapi saya sedikit bosan ketika membaca karena Mark Haddon menulisnya dengan kalimat kalimat yang terlalu kaku dan kadang kadang terlalu panjang. Misalnya:

Lalu dia berkata bahwa kami boleh pulang dan dia berdiri dan membuka pintu dan kami keluar ke lorong dan kembali ke meja piket tempat aku mengambil pisau lipat Swiss Army-ku dan seutas tali dan potongan puzzle kayu dan tiga butir makanan tikus untuk Toby dan uang 1,47 dan jepitan kertas dan kunci pintu depan yang semuanya sudah dimasukkan ke dalam kantong plastik kecil dan kami pulang menuju ke mobil Ayah yang di parkir di luar dan kami pulang.

Kemudian ketika sampai pada percakapan antar tokoh juga cenderung menggunakan pilihan kata yang sama, dengan format ‘Aku
berkata & Dia berkata’.

Aku berkata, “Ya.”
Dia berkata, “Jadi, kau tahu siapa yang membunuh anjing itu?”
Aku berkata, “Tidak.”
Dia berkata, “Kau bicara sejujurnya?”
Aku berkata, “Ya. Aku selalu bicara sejujurnya.”
Dan dia berkata, “Baiklah. Aku akan memberimu peringatan.”

Dan format percakapan itu memenuhi hampir seluruh bagian percakapan. Seperti membaca tulisan orang yang baru mulai menulis. Tapi akhirnya saya sadar bahwa mungkin Mark Haddon sengaja menulis dengan gaya seperti itu. Karena buku ini bisa dibilang mewakili isi hati dan pikiran seorang Christoper Boone yang menderita sindroma Asperger, maka memang seperti itulah buku ini harus ditulis sehingga pembaca bisa merasakan bagaimana cara dan perilaku seorang penderita Sindroma Asperger secara tepat.
Dan itu beneran. Setelah membaca buku ini, saya jadi sedikit mengerti bagaimana ‘susahnya’ seorang Christoper Boone, dan betapa beratnya perjuangan orang orang di sekililingnya untuk dapat hidup dengannya.
Saya jadi simpati kepada orang orang seperti Christoper Boone dan salut kepada orang orang disekitarnya yang dengan tulus memberikan kasih sayang padanya.

Jadi kalau suatu hari saya melihat ada anak kecil yang tiba tiba menjerit jerit, maka saya tidak berpikiran buruk sebab barangkali anak
kecil itu menderita penyakit yang sama seperti Christoper Boone. Yah, kecuali kalau anak kecil itu tiba tiba matanya melotot dan kepalanya bisa muter 360 derajat. Itu sih kesurupan namanya!

Buku ini juga memberikan informasi informasi keren yang berasal dari pikiran Christoper Boone yang jenius. Misalnya mengenai cara mencari bilangan prima, penjelasan mengenai kasus kasus yang terjadi di dunia, misalnya tentang Kasus Peri Peri Cottingley, yaitu tentang anak perempuan yang mengaku telah bertemu dengan peri beserta fotonya yang ternyata palsu. Atau jika kamu adalah penggemar Sherlock Holmes, jangan lewatkan pendapat Christoper Boone mengenai buku The Hound of the Baskervilles, yang merupakan buku favoritnya.
Dan selain itu, buku ini juga bisa digunakan untuk bikin kopi. Caranya, kamu panggil temen kamu terus bilang gini: Bray, bikinin kopi dong! Kalau gak mau, gue lempar pakai buku nih!!!
krik
Insiden Anjing Di Tengah Malam Yang Bikin Penasaran bukanlah buku misteri pembunuhan yang menegangkan melainkan sebuah kisah drama kehidupan; kebohongan, penerimaan diri dan kasih sayang melalui kaca mata penderta sindroma Asperger. Ini akan membuatmu kagum akan kejeniusan Christoper Boone, sekaligus iba kepada jeratan nasib yang merengkuhnya.

Judul: Insiden Anjing Di Tengah Malam Yang Bikin Penasaran
Penulis: Mark Haddon
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Jumlah Halaman:336

Rate

Rate

Read Full Post »